Peristiwajambi.com, BUNGO – MPR memiliki tanggung jawab untuk mengukuhkan nilai-nilai fundamental kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu upaya yang dilakukan MPR adalah dengan melaksanakan tugas memberikan pemahaman nilai-nilai luhur bangsa yang terdapat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika kepada masyarakat. Tugas inilah yang tengah dilaksanakan oleh Ria Mayang Sari, S.H., M.H Anggota MPR-RI sekaligus Anggota DPD-RI Periode 2019-2024.
Wanita kelahiran Muara Bungo ini yang sering disebut sebagai Sri Kandi Jambi terkenal sangat dekat dengan kaum perempuan, khususnya Ibu-Ibu. Hal ini terlihat dari akrabnya Senator Jambi ini melaksanakan kegiatan sosialisasi bersama Ibu-Ibu warga Bathin III Ulu Kabupaten Bungo/Provinsi Jambi dengan mengangkat tema “Peran Perempuan/Ibu dalam Memperkuat 4 (empat) pilar kebangsaan”.
Ketua DPRD Kabupaten Bungo Periode 2014-2019 ini dalam paparan nya menyampaikan bahwa Tema ini penting diangkat mengingat seorang perempuan, terutamanya Ibu memiliki peran yang signifikan dalam membangun sebuah keluarga. Ibu adalah anggota keluarga yang hadir pada hampir setiap aktivitas keluarga. Ibu akan menjadi orang tua, teman bahkan rekan bagi anak-anaknya. Dengan peran yang demikian, Ibu dapat berperan menjadi “agen terbaik” dalam menyebarkan nilai-nilai yang terkandung dalam 4 pilar kebangsaan.
Lebih lanjut, Alumni Fakultas Hukum Universitas Jambi ini menjelaskan bahwa menjadi “agen” 4 pilar kebangsaan dalam keluarga bukanlah hal yang sulit. seorang ibu dapat memperkenalkan 4 pilar kebangsaan kepada anak-anak dengan cara yang menyenangkan oleh mereka. misalnya, dengan memperkenalkan lagu “garuda pancasila” maupun “lagu Indonesia Raya”. Memperkenalkan 4 pilar kebangsaan kepada anak-anak sedini dengan cara sesederhana mungkin diharapkan dapat membentuk karakter kebangsaan yang kuat pada anak. Seorang ibu yang tangguh selalu punya cara untuk memperkenalkan nilai-nilai 4 Pilar Kebangsaan.
Ria mencontohkan, nilai gotong royong yang dipraktikkan ketika membersihkan rumah kemudian dijelaskan manfaat gotong royong dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan cara-cara yang simple atau praktik ini diyakini dapat meningkatkan pemahaman anak-anak.
Dalam sesi tanya jawab, antusiasme peserta terlihat jelas sekali. Seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai buruh kasar, menyampaikan bahwa dirinya sangat tertarik dengan materi ini. Menurutnya, walaupun ia buruh kasar tetapi ia dapat memahami bahwa karena seorang ibu punya banyak waktu bersama anak, maka waktu itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberikan pemahaman mengenai nilai-nilai 4 pilar tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, anak-anak kita mulai punya aktivitas yang banyak di luar rumah. Pada saat kondisi yang demikian, bagaimana upaya kita agar terus berperan atau berkontribusi untuk membentuk karakter agar sesuai dengan nilai-nilai 4 pilar tersebut?
Dengan tersenyum, senator yang memiliki hobi membaca tersebut menjelaskan bahwa Ia sangat kagum dengan Sang Ibu, walaupun bekerja sebagai buruh kasar tetapi ia menaruh perhatian yang besar pada pembentukan karakter anaknya. Ria Mayang Sari membenarkan apa yang disampaikan oleh peserta tersebut “benar sekali yang tadi Ibu sampaikan bahwa kebersamaan kita dengan anak-anak secara kuantitas akan berkurang seiring bertambah usia dan aktivitas anak-anak kita di luar rumah.
Namun, kondisi tersebut bukan berarti kesempatan kita untuk membentuk karakter anak yang mencerminkan nilai-nilai 4 pilar kebangsaan menjadi berkurang atau malah hilang”. Cuma saja, kita perlu melakukan penyesuaian cara atau strateginya saja. Kalau dari sisi kuantitas waktu berkurang, tetapi dari sisi kualitas sebenarnya mereka semakin matang dalam membentuk karakter dirinya. Karena mereka perlahan sudah mulai mengerti hal-hal yang baik, yang harus mereka lakukan atau tidak lakukan. Bagaimana caranya? kita harus memanfaatkan waktu libur mereka dengan berbagai kegiatan yang mencerminkan 4 pilar tersebut. Dan yang terpenting adalah bagaimana menjaga komunikasi dengan mereka, kita harus mampu menjalankan peran seorang ibu layaknya teman mereka. Teman berbagi cerita, mendiskusikan persoalan yang mereka hadapi.
Pada saat inilah kita gunakan untuk menghubungkan persoalan yang mereka hadapi dengan nilai-nilai Pancasila. Misalnya, di lingkungan sekolah mereka ada temannya yang memilih teman berdasarkan status sosialnya, agama maupun suku. Hal yang demikian, harus kita lurus kan dan kita berikan pemahaman bahwa salah satu nilai dalam Pancasila adalah tidak membeda-bedakan teman berdasarkan status sosialnya, agama maupun suku. Hendaknya kita juga menjelaskan bahwa perbedaan adalah rahmat atau karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada Bangsa Indonesia, walaupun berbeda tetapi tetap satu prinsip ini adalah prinsip Bhineka Tunggal Ika yang menjadi salah satu nilai dasar dalam 4 pilar kebangsaan” ucap Ibu satu anak ini.
Sebagai penutup, Senator asal Jambi ini berpesan bahwa “peran dan keberhasilan Ibu untuk mendidik anak yang berkarakter 4 pilar kebangsaan, akan menjadi penentu kemajuan bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk itu, diharapkan seluruh orang tua, terutama Ibu untuk terus dapat mendidik anak-anaknya agar mengetahui, memahami dan melaksanakan nilai-nilai 4 pilar kebangsaan. (*)
